Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (al-Qalam/68:4)

diantara sifat ibadah nabi:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna al-‘Anzi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Adi dari Sa’id dari Qatadah, dari Zurarah RA

bahwa Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir ingin berangkat berperang membela agama Allah, lalu dia pergi ke Madinah hendak menjual tanahnya yang ada di sana guna membeli senjata dan kuda, lalu pergi berjihad ke Romawi sampai mati sekalipun.

Tatkala sampai di Madinah, dia bertemu dengan orang-orang di sana dan mereka mencegahnya untuk berbuat seperti itu. Mereka memberi tahu Sa’ad bin Hisyam, bahwa pada masa Nabi SAW masih hidup, ada enam orang yang ingin berbuat seperti itu, tetapi beliau melarang mereka, lalu beliau bersabda, “Tidakkah aku ini sebagai teladan bagimu!” Setelah orang-orang Madinah menuturkan hal itu kepada Sa’ad bin Hisyam, dia kemudian merujuk istrinya —yang telah diceraikan— dan dia bersaksi untuk merujuk istrinya.

Dia lalu menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan shalat witir Rasulullah SAW, dan Ibnu Abbas mengatakan, “Sudikah engkau aku tunjukkan orang yang lebih tahu tentang shalat witir Rasulullah SAW?” Sa’ad menjawab, “Ya, siapakah dia?” Ibnu Abbas menjawab, “Aisyah RA, datanglah kepadanya dan bertanyalah, lalu temui aku lagi dan beritahukan kepadaku jawaban Aisyah untukmu.”

Aku (Sa’ad bin Hisyam) segera pergi ke Aisyah (dengan terlebih dahulu) menemui Hakim bin Aflah untuk aku ajak mengantarkanku menemui Aisyah. Namun Hakim mengatakan padaku, “Aku tidak akrab dengan Aisyah, sungguh bisa jadi membuatnya tidak bersedia berbicara kepada dua orang ini, dia enggan memberikan jawaban.”

Kata Sa’ad bin Hisyam, “Maka aku bersumpah kepada Hakim bin Aflah, lalu dia sudi datang bersamaku kepada Aisyah. Kemudian kami pergi ke Aisyah RA. dan kami minta izin untuk menemuinya. Aisyah mempersilakan kami sehingga kami masuk ke rumahnya.

Dia bertanya, ‘Apakah kamu Hakim?’ Rupanya Aisyah mengenali Hakim. Hakim menjawab, ‘Ya.’ Aisyah bertanya lagi, ‘Siapa yang bersamamu?” Jawab Hakim, ‘Sa’ad bin Hisyam.’ Aisyah masih bertanya lagi, ‘Siapa Hisyam?’ Hakim menjawab, ‘Putra ‘Amir.’ Maka Aisyah mendoakan / memohonkan rahmat untuk Amir dan mengucapkan kebaikan (Kata Qatadah: Amir gugur dalam perang Uhud).

Aku tanyakan, ‘Wahai Ummul Mukminin! Beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah SAW?’ Aisyah menjawab, Tidakkah kamu membaca Al Qur’an?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Aisyah melanjutkan, ‘Sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur’an.’

Sa’ad berkata, ‘Maka aku ingin berdiri dan tidak bertanya tentang sesuatu kepada seseorang sampai aku mati, lalu jelas bagiku apa yang tidak aku mengerti. Kemudian aku tanyakan, ‘Beritahukanlah kepadaku tentang shalat malam Rasulullah SAW’ Aisyah menjawab, ‘Tidakkah kau baca surah Yaa ayyuhal muzzammil. Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat qiyaamul lail (shalat malam setelah tidur) di awal surah itu, lalu Nabi dan para sahabatnya bangun malam melakukan shalat selama satu tahun. Lalu Allah menahan surah tersebut di langit selama 12 bulan, sehingga Allah menurunkan keringanan pada akhir surah itu, hingga shalat qiyaamul lail menjadi sunat yang sebelumnya wajib’.”‘

Sa’ad bertanya, “Wahai Ummul Mukminin! Beritahukan padaku tentang shalat witir Rasulullah SAW?!” Aisyah menjawab, “Kami selalu menyiapkan siwak dan airnya untuk bersuci, lalu Allah membangunkan Rasulullah pada malam hari, kemudian beliau bersiwak dan berwudhu lalu shalat sembilan rakaat tanpa duduk (istirahat) kecuali setelah rakaat kedelapan. Beliau kemudian berzikir, bertahmid dan berdoa kepada Allah. Kemudian beliau mengucapkan salam yang bisa kami dengar. Setelah salam, beliau shalat lagi dua rakaat dengan duduk, maka semuanya adalah sebelas rakaat. Setelah Nabi SAW lanjut usia dan mulai melemah, beliau mengganjilkan satu rakaat, pada rakaat yang ketujuh, sehingga dua rakaat (sesudah salam pada rakaat yang ke tujuh) beliau lakukan seperti apa yang beliau lakukan sebelumnya. Jadi, semuanya adalah sembilan rakaat.

Wahai anakku! Apabila Nabi SAW melakukan suatu shalat, beliau selalu merutinkannya, dan apabila beliau tertidur atau lelah sehingga tidak shalat malam, beliau tempuh shalat 12 rakaat di siang hari. Aku tidak pernah tahu Nabi SAW membaca Al Qur’an seluruhnya dalam satu malam, tidak pula shalat semalam suntuk sampai Subuh, tidak pula puasa sebulan penuh kecuali bulan puasa Ramadhan.”

Sa’ad berkata, “Aku lalu pergi kepada Ibnu Abbas dan aku sampaikan kepadanya apa yang dituturkan oleh Aisyah.” Ibnu Abbas berkata. “Aisyah memang benar, seandainya aku lebih dekat dengannya atau bisa bertemu kepadanya, pasti aku mendatanginya sehingga pembicaraanya bisa langsung aku dengar sendiri.” Sa’ad menimpali, “Kalau aku tahu bahwa kamu tidak bisa bertamu kepada Aisyah, maka tidak akan aku beritahukan pembicaraanya kepadamu.” (shahih muslim, kitab shalat musafirin wa qashriha, bab jami’i sholatil laili wa man naama ‘anhu au maradha)

 

bersambung…..